CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 30 Desember 2012

Belajar Memahami Penderita Maag

Pernah merasa kesal mengurus teman yang berpenyakit maag? Atau merasa orang yang punya penyakit maag seolah mengada-ada rasa sakitnya? Jika haltersebut masih ada dalam pikiran kita segera enyahkan, sebab ternyata mereka sangat menderita....

Suatu hari saya menemukan dua orang yang tengah berbincang tentang sebuah penyakit yang sekiranya terdengar penyakit biasa itu.
A: "Apa yang Bapak rasakan?
B: "Saya merasakan sebah yang luar biasa, lalu seperti ada gas atau angin yang berputar putar mulai dari perut, ke dada, ke pinggang ke pundak bagian depan. Rasanya sakit seperti ditusuk-tusuk"

Saya mengernyitkan kening seolah merasa orang ini terlalu mengada-ada. Menyaksikan ekspresi saya,kemudian seseorang berujar

A: Pasti itu belum ditambah rasa perih di perut dan ulu hati.
B: Benar.
A: Dulu, ketika saya SMA saya memperolok teman sekolah tersebut karena saat piknik tiba-tiba merintih-rintih sambil menangis dan "gugulintingan" (berguling kesana kemari) sambil memegangi perutnya. Saat itu saya berpikir, ah anak manja, caper (cari perhatian). Sekarang saya merasakan betapa saat maag itu kambuh, saya merasa bersalah telah mencemooh teman tersebut.

Merasa saya mulai mengerti mulailah mereka membahas apa yang terlarang dikonsumsi bagi yang berpenyakit maag dan yang boleh nikmati dengan leluasa.

A: Hindari Pedas, bahkan yang berasa pedas sekalipun. Namun kadang istri saya berpendapat lain, dia berasumsi jika mengikutkan sebuah cabai dalam masakan tidak berdampak. Padahal... sakitnya saya yang rasa bukan dia.
B: Betul pak, saya sudah menghindari cabai dan yang berasa pedas, tidak makan gorengan, santan dan tidak pernah melihat ada bumbu penyedap di rumah saya.
A: Berarti dari hal lain, kecemasan, kelelahan kalau begitu. Saya pun kerap merasa cemas saat maag mendera. apa saya akan atuh di kantor, apa saya akan meninggal, bagaimana jika saya meninggal karena rasa sakit ini padahal anak-isteri saya membutuhkan saya. Maka segera saya alihkan pikiran-pikiran tersebut dengan melakukan kegiatan yang membuat saya lupa akan rasa sakit yang telah saya tenangkan dengan obat-obatan serta do'a.
B: Apa pengalihan yang pernah Bapak lakukan?
A: Saya menyapu, membersihkan apa saya seperti halaman, barang yang berantakan, atau sekedar membayangkan saya sedang tamasya agar saya merasa berada disana.
B: Owh....

Ini akhir yang saya sukai, tidak lazim tapi memotivasi.

A: Baik Pak, semoga lekas sembuh... jangan lama di rumah sakit, mahal biayanya.
B: Terima kasih Pak, semoga anak Bapak juga lekas sembuh dan kita sama-sama bisa keluar dari rumah sakit yang mematok harga hotel bagi orang malang seperti kita..
A: Yup, satu yang perlu kita yakini, orang biasa sakit maag biasanya berumur panjang...
B: Mengapa bisa begitu Pak?
A: Karena kita sudah terlalu biasa didera rasa sakit, namun kembali dan kembali kita pulih. Maka berpikirlah positif tentang hidup, kita akan sehat.

Keduanya bersalam dan kembali ke kamar masing-masing yang sunyi dan hanya berteman isi kamar. sebab mereka memilih kamar yang berpenghuni hanya untuk 1 orang.

Saya terperangah dan sadar.... mari kita belajar memahami rasa sakit mereka, bantu mereka meredakan rasa sakitnya dengan berempati dan memberikan solusi.